Senin, 12 Maret 2018

Dokter Sandra yang Cantik


San... hei aku jaga nich malam ini, elu jangan kirim pasien yang aneh-aneh ya, aku mau bobo, begitu pesanku ketika terdengar telepon di ujung sana diangkat.

"Udah makan belum?" suara merdu di seberang sana menyahut.

"Cie... illeee, perhatian nich", aku menyambung dan, "Bodo ach", lalu terdengar tuutt... tuuuttt... tuuut, rupanya telepon di sana sudah ditutup.

Malam ini aku dapat giliran jaga di bangsal bedah sedangkan di UGD alias Unit Gawat Darurat ada dr. Sandra yang jaga. Nah, UGD kalau sudah malam begini jadi pintu gerbang, jadi seluruh pasien akan masuk via UGD, nanti baru dibagi-bagi atau diputuskan oleh dokter jaga akan dikirim ke bagian mana para pasien yang perlu dirawat itu. 

Syukur-syukur sih bisa ditangani langsung di UGD, jadi tidak perlu merepotkan dokter bangsal. dr. Sandra sendiri harus aku akui dia cukup terampil dan pandai juga, masih sangat muda sekitar 28 tahun, cantik menurutku, tidak terlalu tinggi sekitar 165 cm dengan bodi sedang ideal, kulitnya putih dengan rambut sebahu. 

Sifatnya cukup pendiam, kalau bicara tenang seakan memberikan kesan sabar tapi yang sering rekan sejawat jumpai yaitu ketus dan judes apalagi kalau lagi moodnya jelek sekali. 

Celakanya yang sering ditunjukkan, ya seperti itu. Gara-gara itu barangkali, sampai sekarang dia masih single. Cuma dengar-dengar saja belakangan ini dia lagi punya hubungan khusus dengan dr. Anton tapi aku juga tidak pasti.

Kira-kira jam 2 pagi, kamar jaga aku diketuk dengan cukup keras juga.

"Siapa?" tanyaku masih agak malas untuk bangun, sepet benar nih mata.

"Dok, ditunggu di UGD ada pasien konsul", suara dibalik pintu itu menyahut, oh suster Lena rupanya.

"Ya", sahutku sejurus kemudian.

Sampe di UGD kulihat ada beberapa pria di dalam ruang UGD dan sayup-sayup terdengar suara rintihan halus dari ranjang periksa di ujung sana, sempat kulihat sepintas seorang pria tergeletak di sana tapi belum sempat kulihat lebih jelas ketika dr. Sandra menyongsongku, "Fran, pasien ini jari telunjuk kanannya masuk ke mesin, parah, baru setengah jam sih, tensi oke, menurutku sih amputasi (dipotong, gitu maksudnya), gimana menurut elu?" demikian resume singkat yang diberikan olehnya.

"San, elu makin cantik aja", pujiku sebelum meraih status pasien yang diberikannya padaku dan ketika aku berjalan menuju ke tempat pasien itu, sebuah cubitan keras mampir di pinggangku, sambil dr. Sandra mengiringi langkahku sehingga tidak terlalu lihat apa yang dia lakukan. Sakit juga nih.

Saat kulihat, pasien itu memang parah sekali, boleh dibilang hampir putus dan yang tertinggal cuma sedikit daging dan kulit saja.

"Dok, tolong dok... jangan dipotong", pintanya kepadaku memelas.

Akhirnya aku panggil itu si Om gendut, bosnya barangkali dan seorang rekan kerjanya untuk mendekat dan aku berikan pengertian ke mereka semua.

"Siapa nama Bapak?" begitu aku memulai percakapan sambil melirik ke status untuk memastikan bahwa status yang kupegang memang punya pasien ini.

"Praptono", sahutnya lemah.

"Begini Pak Prap, saya mengerti keadaan Bapak dan saya akan berusaha untuk mempertahankan jari Bapak, namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena yang tersisa hanya sedikit daging dan kulit saja sehingga tidak ada lagi pembuluh darah yang mengalir sampai ke ujung jari. Bila saya jahit dan sambungkan, itu hanya untuk sementara mungkin sekitar 2 - 4 hari setelah itu jari ini akan membusuk dan mau tidak mau pada akhirnya harus dibuang juga, jadi dikerjakan 2 kali. Kalau sekarang kita lakukan hanya butuh 1 kali pengerjaan dengan hasil akhir yang lebih baik, saya akan berusaha untuk seminimal mungkin membuang jaringannya dan pada penyembuhannya nanti diharapkan lebih cepat karena lukanya rapih dan tidak compang-camping seperti ini", begitu penjelasan aku pada mereka.

Kira - kira seperempat jam kubutuhkan waktu untuk meyakinkan mereka akan tindakan yang akan kita lakukan. Setelah semuanya oke, aku minta dr. Sandra untuk menyiapkan dokumennya termasuk surat persetujuan tindakan medik dan pengurusan untuk rawat inapnya, sementara aku siapkan peralatannya dibantu oleh suster-suster dinas di UGD.

"San, elu mau jadi operatornya?" tanyaku setelah semuanya siap.

"Ehm... aku jadi asisten elu aja deh", jawabnya setelah terdiam sejenak.

Entah kenapa ruangan UGD ini walaupun ber-AC tetap saja aku merasa panas sehingga butir-butir keringat yang sebesar jagung bercucuran keluar terutama dari dahi dan hidung yang mengalir hingga ke leher saat aku kerja itu. Untung Sandra mengamati hal ini dan sebagai asisten dia cepat tanggap dan berulang kali dia menyeka keringatku. 

Huh... aku suka sekali waktu dia menyeka keringatku, soalnya wajahku dan wajahnya begitu dekat sehingga aku juga bisa mencium wangi tubuhnya yang begitu menggoda, lebih-lebih rambutnya yang sebahu dia gelung ke atas sehingga tampak lehernya yang putih berjenjang dan tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Benar-benar menggoda iman dan harapan.

Setengah jam kemudian selesai sudah tugasku, tinggal jahit untuk menutup luka yang kuserahkan pada dr. Sandra. Setelah itu kulepaskan sarung tangan sedikit terburu-buru, terus cuci tangan di wastafel yang ada dan segera masuk ke kamar jaga UGD untuk pipis. 

Ini yang membuat aku tidak tahan dari tadi ingin pipis. Daripada aku mesti lari ke bangsal bedah yang cukup jauh atau keluar UGD di ujung lorong sana juga ada toilet, lebih baik aku pilih di kamar dokter jaga UGD ini, lagi pula rasanya lebih bersih.

Saat kubuka pintu toilet (hendak keluar toilet), "Ooopsss..." terdengar jeritan kecil halus dan kulihat dr. Sandra masih sibuk berusaha menutupi tubuh bagian atasnya dengan kaos yang dipegangnya.

"Ngapain lu di sini?" tanyanya ketus.

"Aku habis pipis nih, elu juga kok nggak periksa-periksa dulu terus ngapain elu buka baju?" tanyaku tak mau disalahkan begitu saja.

"Ya, udah keluar sana", suaranya sudah lebih lembut seraya bergerak ke balik pintu biar tidak kelihatan dari luar saat kubuka pintu nanti.

Ketika aku sampai di pintu, kulihat dr. Sandra tertunduk dan... ya ampun.... pundaknya yang putih halus terlihat sampai dengan ke pangkal lengannya, "San, pundak elu bagus", bisikku dekat telinganya dan semburat merah muda segera menjalar di wajahnya dan ia masih tertunduk yang menimbulkan keberanianku untuk mengecup pundaknya perlahan. 

Ia tetap terdiam dan segera kulanjutkan dengan menjilat sepanjang pundaknya hingga ke pangkal leher dekat tengkuknya. Kupegang lengannya, sempat tersentuh kaos yang dipegangnya untuk menutupi bagian depan tubuhnya dan terasa agak lembab. Rupanya itu alasannya dia membuka kaosnya untuk menggantinya dengan yang baru. Berkeringat juga rupanya tadi.

Perlahan kubalikkan tubuhnya dan segera tampak punggungnya yang putih mulus, halus dan kurengkuh tubuhnya dan kembali lidahku bermain lincah di pundak dan punggungnya hingga ke tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan kusapu dengan lidahku yang basah. "Aaaccch... ach..." desahnya yang pertama dan disusul dengan jeritan kecil tertahan dilontarkannya ketika kugigit urat lehernya dengan gemas dan tubuhnya sedikit mengejang kaku. 

Kuraba pangkal lengannya hingga ke siku dan dengan sedikit tekanan kuusahakan untuk meluruskannya sikunya yang secara otomatis menarik kaos yang dipegangnya ikut turun ke bawah dan dari belakang pundaknya itu.

Kulihat dua buah gundukan bukit yang tidak terlalu besar tapi sangat menantang dan pada bukit yang sebelah kanan tampak tonjolannya yang masih berwarna merah dadu sedangkan yang sebelah kiri tak terlihat. Kusedot kembali urat lehernya dan ia menjerit tertahan, "Aach... ach... ssshhh", tubuhnya pun kurasakan semakin lemas oleh karena semakin berat aku menahannya.

Dengan tetap dalam dekapan, kubimbing dr. Sandra menuju ke ranjang yang ada dan perlahan kurebahkan dia, matanya masih terpejam dengan guratan nikmat terhias di senyum tipisnya, dan secara refleks tangannya bergerak menutupi buah dadanya. 

Kubaringkan tubuhku sendiri di sampingnya dengan tangan kiri menyangga beban tubuh, sedangkan tangan kanan mengusap lembut alis matanya terus turun ke pangkal hidung, mengitari bibir terus turun ke bawah dagu dan berakhir di ujung liang telinganya.

Senyum tipis terus menghias wajahnya dan berakhir dengan desahan halus disertai terbukanya bibir ranum itu. "Ssshhh... acchh..." Kusentuhkan bibirku sendiri ke bibirnya dan segera kami saling berpagutan penuh nafsu. Kuteroboskan lidahku memasuki mulut dan mencari lidahnya untuk saling bergesekan kemudian kugesekan lidahku ke langit-langit mulutnya, sementara tangan kananku kembali menelusuri lekuk wajahnya, leher dan terus turun menyusuri lembah bukit, kudorong tangan kanannya ke bawah dan kukitari putingnya yang menonjol itu. 

Lima sampai tujuh kali putaran dan putingnya semakin mengeras. Kulepaskan ciumanku dan kualihkan ke dagunya. Sandra memberikan leher bagian depannya dan kusapu lehernya dengan lidahku terus turun dan menyusuri tulang dadanya perlahan kutarik tangannya yang kiri yang masih menutupi bukitnya. Tampak kini dengan jelas kedua puting susunya masih berwarna merah dadu tapi yang kiri masih tenggelam dalam gundukan bukit. Feeling-ku, belum pernah ada yang menyentuh itu sebelumnya.

Kujilat tepat di area puting kirinya yang masih terpendam malu itu pada jilatan yang kelima atau keenam, aku lupa. Puting itu mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu dan segera kutangkap dengan lidah dan kutekankan di gigi bagian atas, "Ach... ach... ach..." suara desisnya semakin menjadi dan kali ini tangannya juga mulai aktif memberikan perlawanan dengan mengusap rambut dan punggungku. 

Sambil terus memainkan kedua buah payudaranya tanganku mulai menjelajah area yang baru turun ke bawah melalui jalur tengah terus dan terus menembus batas atas celana panjangnya sedikit tekanan dan kembali meluncur ke bawah menerobos karet celana dalamnya perlahan turun sedikit dan segera tersentuh bulu-bulu yang sedikit lebih kasar. 

"Eeehhhm... ech..." tidak diteruskan tapi bergerak kembali naik menyusuri lipatan celana panjangnya dan sampai pada area pinggulnya dan segera kutekan dengan agak keras dan mantap, "Ach..." pekiknya kecil pendek seraya bergerak sedikit liar dan mengangkat pantat dan pinggulnya.

Segera kutekan kembali lagi pinggul ini tapi kali ini kulakukan keduanya kanan dan kiri dan, "Fran... ugh..." teriaknya tertahan. Aku kaget juga, itu kan artinya Sandra sadar siapa yang mencumbunya dan itu juga berarti dia memang memberikan kesempatan itu untukku. Matanya masih terpejam hanya-hanya kadang terbuka. 

Kutarik restleting celananya dan kutarik celana itu turun. Mudah, oleh karena Sandra memang menginginkannya juga, sehingga gerakan yang dilakukannya sangat membantu. Tungkainya sangat proporsional, kencang, putih mulus, tentu dia merawatnya dengan baik juga oleh karena dia juga kan berasal dari keluarga kaya, kalau tidak salah bapaknya salah satu pejabat tinggi di bea cukai. 

Kuraba paha bagian dalamnya turun ke bawah betis, terus turun hingga punggung kaki dan secara tak terduga Sandra meronta dan terduduk, dengan nafas memburu dan tersengal-sengal, "Fran..." desisnya tertelan oleh nafasnya yang masih memburu.

Kemudian ia mulai membuka kancing bajuku sedikit tergesa dan kubantunya lalu ia mulai mengecup dadaku yang bidang seraya tangannya bergerak aktif menarik retsleting celanaku dan menariknya lepas. Langsung saja aku berdiri dan melepaskan seluruh bajuku dan kuterjang Sandra sehingga ia rebah kembali dan kujilat mulai dari perutnya. 

Sementara tangannya ikut mengimbangi dengan mengusap rambutku, ketika aku sampai di selangkangannya kulihat ia memakai celana berwarna dadu dan terlihat belahan tengahnya yang sedikit cekung sementara pinggirnya menonjol keluar mirip pematang sawah dan ada sedikit noda basah di tengahnya tidak terlalu luas, ada sedikit bulu hitam yang mengintip keluar dari balik celananya. 

Kurapatkan tungkainya lalu kutarik celana dalamnya dan kembali kurentangkan kakinya seraya aku juga melepas celanaku. Kini kami sama berbugil, kemaluanku tegang sekali dan cukup besar untuk ukuranku. Sementara Sandra sudah mengangkang lebar tapi labia mayoranya masih tertutup rapat. 

Kucoba membukanya dengan jari-jari tangan kiriku dan tampak sebuah lubang kecil sebesar kancing di tengahnya diliputi oleh semacam daging yang berwarna pucat demikian juga dindingnya tampak berwarna pucat walau lebih merah dibandingkan dengan bagian tengahnya. Gila, rupanya masih perawan.

Tak lama kulihat segera keluar cairan bening yang mengalir dari lubang itu oleh karena sudah tidak ada lagi hambatan mekanik yang menghalanginya untuk keluar dan banjir disertai baunya yang khas makin terasa tajam. Baru saat itu kujulurkan lidahku untuk mengusapnya perlahan dengan sedikit tekanan. "Eehhh... ach... ach... ehhh", desahnya berkepanjangan. 

Sementara lidahku mencoba untuk membersihkannya namun banjir itu datang tak tertahankan. Aku kembali naik dan menindih tubuh Sandra, sementara kemaluanku menempel di selangkangannya dan aku sudah tidak tahan lagi kemudian aku mulai meremas payudara kanannya yang kenyal itu dengan kekuatan lemah yang makin lama makin kuat.

"Fran... ambilah..." bisiknya tertahan seraya menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sementara kakinya diangkat tinggi-tinggi. Dengan tangan kanan kuarahkan torpedoku untuk menembak dengan tepat. 

Satu kali gagal rasanya melejit ke atas oleh karena licinnya cairan yang membanjir itu, dua kali masih gagal juga namun yang ketiga rasanya aku berhasil ketika tangan Sandra tiba-tiba memegang erat kedua pergelangan tanganku dengan erat dan desisnya seperti menahan sakit dengan bibir bawah yang ia gigit sendiri. 

Sementara batang kejantananku rasanya mulai memasuki liang yang sempit dan membuka sesuatu lembaran, sesaat kemudian seluruh batang kemaluanku sudah tertanam dalam liang surganya dan kaki Sandra pun sudah melingkari pinggangku dengan erat dan menahanku untuk bergerak. "Tunggu", pintanya ketika aku ingin bergerak.

Beberapa saat kemudian aku mulai bergerak mengocoknya perlahan dan kaki Sandra pun sudah turun, mulanya biasa saja dan respon yang diberikan juga masih minimal, sesaat kemudian nafasnya kembali mulai memburu dan butir-butir keringat mulai tampak di dadanya, rambutnya sudah kusut basah makin mempesona dan gerakan mengocokku mulai kutingkatkan frekuensinya dan Sandra pun mulai dapat mengimbanginya.

Makin lama gerakan kami semakin seirama. Tangannya yang pada mulanya diletakkan di dadaku kini bergerak naik dan akhirnya mengusap kepala dan punggungku. "Yach... ach... eeehmm", desisnya berirama dan sesaat kemudian aku makin merasakan liang senggamanya makin sempit dan terasa makin menjempit kuat, gerakan tubuhnya makin liar. 

Tangannya sudah meremas bantal dan menarik kain sprei, sementara keringatku mulai menetes membasahi tubuhnya namun yang kunikmati saat ini adalah kenikmatan yang makin meningkat dan luar biasa, lain dari yang kurasakan selama ini melalui masturbasi. 

Makin cepat, cepat, cepat dan akhirnya kaki Sandra kembali mengunci punggungku dan menariknya lebih ke dalam bersamaan dengan pompaanku yang terakhir dan kami terdiam, sedetik kemudian.. "Eeeggghhh..." jeritannya tertahan bersamaan dengan mengalirnya cairan nikmat itu menjalar di sepanjang kemaluanku dan, "Crooot... crooot", memberikannya kenikmatan yang luar biasa. 

Sebaliknya bagi Sandra terasa ada semprotan kuat di dalam sana dan memberikan rasa hangat yang mengalir dan berputar serasa terus menembus ke dalam tiada berujung. Selesai sudah pertempuran namun kekakuan tubuhnya masih kurasakan, demikian juga tubuhku masih kaku.

Sesaat kemudian kuraih bantal yang tersisa, kulipat jadi dua dan kuletakkan kepalaku di situ setelah sebelumnya bergeser sedikit untuk memberinya nafas agar beban tubuhku tidak menindih paru-parunya namun tetap tubuhku menindih tubuhnya. Kulihat senyum puasnya masih mengembang di bibir mungilnya dan tubuhnya terlihat mengkilap licin karena keringat kami berdua.

"Fran... thank you", sesaat kemudian, "Ehmmm... Fran aku boleh tanya?" bisiknya perlahan.

"Ya", sahutku sambil tersenyum dan menyeka keringat yang menempel di ujung hidungnya.

"Aku... gadis keberapa yang elu tidurin?" tanyanya setelah sempat terdiam sejenak. "Yang pertama", kataku meyakinkannya, namun Sandra mengerenyitkan alisnya. "Sungguh?" tanyanya untuk meyakinkan.

"Betul... keperawanan elu aku ambil tapi perjakaku juga elu yang ambil", bisikku di telinganya. Sandra tersenyum manis.

"San, thank you juga", itu kata-kata terakhirku sebelum ia tidur terlelap kelelahan dengan senyum puas masih tersungging di bibir mungilnya dan batang kemaluanku juga masih belum keluar tapi aku juga ikut terlelap.

Cerita seks Awal Dari Tukar Guling


Sesampainya di rumah setelah terbang sana terbang sini di beberapa kota masih di Pulau Jawa maupun di Pulau Kalimantan dan Sulawesi selama 7 minggu ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil-hasil bumi lainnya, tubuhku mulai dilanda letih dan penat luar biasa. Namun secara psikologis justru sebaliknya, aku mulai dapat merasakan suasana rileks dan tentram. Merasa at home dan ingin selekasnya menemui mantan kekasihku, sang isteri tercinta. Hal ini cukup membantu keseimbangan diriku sehingga tidak membuatku dilanda senewen.

Karena penerbangan yang kuambil adalah sore jam 6 dari Surabaya, maka masih sore pula sekitar jam 7.30 aku sudah mendarat dan lalu setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi aku sudah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas tidak macet karena ini hari Minggu.

Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja. Aku yang berusia 38, isteriku 31, pembantu laki-laki 52, dan pembantu wanita 44. Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak. Jadi semakin menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami.

Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Setelahnya dia kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter.

Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget. Aku suka sekali dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku. Dan itu sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama pula, rekorku pernah sampai 3 bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya.

Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum pulang aku memberitahukan isteriku bahwa dalam 2 sampai 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu. Di ruang tamu TV menyala agak keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. 

Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas. Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar tidur kami berada.

Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai. Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku.

Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling. Dia lagi mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Sulit kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual. Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari.

Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku sudah mulai dicampuraduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit. Ini lebih dahsyat ketimbang menonton film-film bokep terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang pasti bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas. Kontolku mulai mengejang. Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya memek isteriku yang dijadikan sasaran. Aku semakin ngaceng.

"Ohh.. Sshh..." suara desisan isteriku berulang-ulang.

Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali.

"Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..".

Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Karmin pembantu priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak berpikir kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.

"Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh.."

Semakin binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri.

"Ahh..."

Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Karmin masih meneruskan aktivitasnya. Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara fisik membutuhkan kekuatan). Dimainkan jari-jarinya di liang memek isteriku. 

Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin kencang kocokan jari Pak Karmin pada memek isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibuat mabuk kepayang. Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Karmin sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana memek isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.

Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan.

"Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..".

Pelan-pelan dipompanya memek isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai menggila kembali goyangan pantat isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu.

"Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh.."

Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin tak tinggal diam menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging.

Gaya anjing rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang memek isteriku dihunjam dari arah belakang. Konsistensi gerakan kontol yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin mengobarkan hasratku.

"Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa.."

Pompaan Mr. Karmin semakin lama dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat.

"Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh.."

Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang mengintip. Karena jengah atau bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku adalah suami isteri.

"Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh.."

"Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu.."

"Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh"

Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan kenikmatan luar biasa. Mr. Karmin akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan perlahan sekali menutup pintunya. Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku senewen ingin menuntaskan hasratku.

Ketika sampai dapur kulihat Mrs. Karmin sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan bingung dan resah. Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan hatinya. Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak di rumah.

"Sudah sering kejadianya Mbok?" tanyaku. Dia mengangguk.

"Maafkan isteriku yah"

Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini mungkin dia sedang kesepian dan masygul hatinya.

"Ayo ke kamarmu Mbok."

Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh dia duduk di ranjang. Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak terlalu melambung. Tetek cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia selalu memakai kebaya dan kain.

Kepalanya ditimpakan di dadaku. Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia memerlukan kekuatan dari dada laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak terlalu menyengat. Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian. Mulai kuusap lengannya. Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku. 

Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka bagian dada dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.

"Ehhmm.. Eehhf.."

Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya.

"Ehh.. Ehhshs.."

Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya.

"Ehhss.. Ehhss.. Oohh..." tergolek kanan kiri kepalanya.

Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek sampai leher kanan kiri dengan lidahku.

"Oohh.. Paakk.. Oohh.."

Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif. Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami. Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek wilayah memeknya. Mengerinjal pantatnya.

"Esshh.. Ehhss.. Oohh..." desahnya berulang-ulang.

Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali dan cenderung tidak rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah tinggi sejak tadi langsung kugumul

Dia dan menjatuhkannya di ranjang. Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, tetek, ketek (di sini aku berlama-lama karena penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya. Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya.

"Oohh.. Paakk.. Ohh.."

Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik kali ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini.

"Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass.."

Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan kontolku ke memeknya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa. Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam. Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Karmin ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya.

"Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh."

Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami memeknya dari belakang. Kami bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Namun dia telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal. Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu.

"Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs..." begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak.

Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam memeknya. Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking tidak tertampungya semprotan maniku.

Kubiarkan kontolku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher dan pipinya sampai kontolku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk membanjiri spreinya yang sudah agak kusam itu.

Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Karmin terlebih dahulu untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke memeknya yang mudah basah itu. Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri.

Suatu kali Mr. Karmin memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi dia mafhum saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk melakukan sex party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih merasa risih kalau rame-rame begitu.

Rosa, Adik Istriku


Usiaku sudah hampir mencapai tiga puluh lima, ya... sekitar 3 tahunan lagi lah. Aku tinggal bersama mertuaku yang sudah lama ditinggal mati suaminya akibat penyakit yang dideritanya. Dari itu istriku berharap aku tinggal di rumah supaya kami tetap berkumpul sebagai keluarga tidak terpisah. Di rumah itu kami tinggal 7 orang, ironisnya hanya aku dan anak laki-lakiku yang berumur 1 tahun berjenis kelamin cowok di rumah tersebut, lainnya cewek.

Jadi... begini nih ceritanya.

Awal September lalu aku tidak berkerja lagi karena mengundurkan diri. Hari-hari kuhabiskan di rumah bersama anakku, maklumlah ketika aku bekerja jarang sekali aku dekat dengan anakku tersebut. Hari demi hari kulalui tanpa ada ketakutan untuk stok kebutuhan bakal akan habis, aku cuek saja bahkan aku semakin terbuai dengan kemalasanku.

Pagi sekitar pukul 9 wib, baru aku terbangun dari tidur. Kulihat anak dan istriku tidak ada disamping, ah... mungkin lagi di beranda cetusku dalam hati. Saat aku mau turun dari tempat tidur terdengar suara jeritan tangis anakku menuju arah pintu. seketika itu pula pintu kamar terbuka dengan tergesanya. Oh... ternyata dia bersama tantenya Rosa yang tak lain adalah adik iparku, rupanya anakku tersebut lagi pipis dicelana. Rosa mengganti celana anakku, "Kemana mamanya, Sa...?" tanyaku. "Lagi ke pasar Bang" jawabnya "Emang gak diberi tau, ya?" timpalnya lagi. Aku melihat Rosa pagi itu agak salah tingkah, sebentar dia melihat kearah bawah selimut dan kemudian salah memakaikan celana anakku.

"Kenapa kamu?" tanyaku heran "hmm Anu bang..." sambil melihat kembali ke bawah.

"Oh... maaf ya, Sa?" terkejut aku, rupanya selimut yang kupakai tidur sudah melorot setengah pahaku tanpa kusadari, aku lagi bugil. Hmmm... tadi malam abis tempur sama sang istri hingga aku kelelahan dan lupa memakai celana hehehe....

Anehnya, Rosa hanya tersenyum, bukan tersenyum malu, malah beliau menyindir "Abis tempur ya, Bang. Mau dong..." Katanya tanpa ragu "Haaa..." Kontan aja aku terkejut mendengar pernyataan itu. Malah kini aku jadi salah tingkah dan berkeringat dingin dan bergegas ke toilet kamarku.

Dua hari setelah mengingat pernyataan Rosa kemarin pagi, aku tidak habis pikir kenapa dia bisa berkata seperti itu. Setahu aku tuh anak paling sopan tidak banyak bicara dan jarang bergaul. Ah... masa bodoh lah, kalau ada kesempatan seperti itu lagi aku tidak akan menyia-nyiakannya. Gimana gak aku sia-siakan, Tuh anak mempunyai badan yang sangat seksi, Kulit sawo matang, rambut lurus panjang. Bukannya sok bangga, dia persis kayak bintang film dan artis sinetron Titi kamal. Kembali momen yang kutunggu-tunggu datang, ketika itu rumah kami lagi sepi-sepinya. Istri, anak dan mertuaku pergi arisan ke tempat keluarga almahrum mertua laki sedangkan iparku satu lagi pas kuliah. Hanya aku dan Rosa di rumah. Sewaktu itu aku ke kamar mandi belakang untuk urusan "saluran air", aku berpapasan dengan Rosa yang baru selesai mandi. Wow, dia hanya menggunakan handuk menutupi buah dada dan separuh pahanya. Dia tersenyum akupun tersenyum, seperti mengisyaratkan sesuatu.

Selagi aku menyalurkan hajat tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang menggedor.

"Siapa?" tanyaku

"Duhhhh... kan cuma kita berdua di rumah ini, bang" jawabnya.

"Oh iya, ada apa, Sa...?" tanyaku lagi

"Bang, lampu di kamar aku mati tuh"

"Cepatan dong!!"

"Oo... iya, bentar ya" balasku sambil mengkancingkan celana dan bergegas ke kamar Rosa.

Aku membawa kursi plastik untuk pijakan supaya aku dapat meraih lampu yang dimaksud.

"Sa, kamu pegangin nih kursi ya?" perintahku "OK, bang" balasnya.

"Kok kamu belum pake baju?" tanyaku heran.

"Abisnya agak gelap, bang?"

"ooo...!?"

Aku berusaha meraih lampu di atasku. Tiba-tiba saja entah bagaimana kursi plastik yang ku injak oleng ke arah Rosa. Dan... braaak aku jatuh ke ranjang, aku menghimpit Rosa..

"Ou...ou..." apa yang terjadi. Handuk yang menutupi bagian atas tubuhnya terbuka.

"Maaf, Sa"

"Gak apa-apa bang"

Anehnya Rosa tidak segera menutup handuk tersebut aku masih berada diatas tubuhnya, malahan dia tersenyum kepadaku. Melihat hal seperti itu, aku yakin dia merespon. Kontan aja barangku tegang.

Kami saling bertatap muka, entah energi apa mengalir ditubuh kami, dengan berani kucium bibirnya, Rosa hanya terdiam dan tidak membalas.

"Kok kamu diam?"

"Ehmm... malu, Bang"

Aku tahu dia belum pernah melakukan hal ini. Terus aku melumat bibirnya yang tipis berbelah itu. Lama-kelamaan ia membalas juga, hingga bibir kami saling berpagutan. Kulancarkan serangan demi serangan, dengan bimbinganku Rosa mulai terlihat bisa meladeni gempuranku. payudara miliknya kini menjadi jajalanku, kujilati, kuhisap malah kupelintir dikit.

"Ouhh... sakit, Bang. Tapi enak kok"

"Sa... tubuh kamu bagus sekali, sayang... ouhmmm" Sembari aku melanjutkan kebagian perut, pusar dan kini hampir dekat daerah kemaluannya. Rosa tidak melarang aku bertindak seperti itu, malah ia semakin gemas menjambak rambutku, sakit emang, tapi aku diam saja.

Sungguh indah dan harum memeknya Rosa, maklum ia baru saja selesai mandi. Bulu terawat dengan potongan tipis. Kini aku menjulurkan lidahku memasuki liang vaginanya, ku hisap sekuatnya sangkin geramnya aku.

"Adauuu.... sakiiit" tentu saja ia melonjak kesakitan.

"Oh, maaf Sa"

"Jangan seperti itu dong" merintih ia

"Ayo lanjutin lagi" pintanya

"Tapi, giliran aku sekarang yang nyerang" aturnya kemudian

Tubuhku kini terlentang pasrah. Rosa langsung saja menyerang daerah sensitifku, menjilatinya, menghisap dan mengocok dengan mulutnya.

"Ohhh... Sa, enak kali sayang, ah...?" kalau yang ini entah ia pelajari dari mana, masa bodo ahh...!!

"Duh, gede amat barang mu, Bang"

"Ohhh...."

"Bang, Rosa sudah tidak tahan, nih... masukin punya mu, ya Bang"

"Terserah kamu sayang, abang juga tidak tahan" Rosa kini mengambil posisi duduk di atas tepat agak ke bawah perut ku. Ia mulai memegang kemaluanku dan mengarahkannya ke lubang vaginanya. semula agak sulit, tapi setelah ia melumat dan membasahinya kembali baru agak sedikit gampang masuknya.

"Ouuu...ahhhhh...." seluruh kemaluanku amblas di dalam goa kenikmatan milik Rosa.

"Awwwh, Baaaang..... akhhhhh" Rosa mulai memompa dengan menopang dadaku. Tidak hanya memompa kini ia mulai dengan gerakan maju mundur sambil meremas-remas payu daranya.

Hal tersebut menjadi perhatianku, aku tidak mau dia menikmatinya sendiri. Sambil bergoyang aku mengambil posisi duduk, mukaku sudah menghadap payudaranya.Rosa semakin histeris setelah kujilati kembali gunung indahnya.

"Akhhhh... aku sudah tidak tahan, bang. Mau keluar nih. Awwwhhh??"

"Jangan dulu Sa, tahan ya bentar" hanya sekali balik kini aku sudah berada diatas tubuh Rosa genjotan demi genjotan kulesakkan ke memeknya. Rosa terjerit-jerit kesakitan sambil menekan pantatku dengan kedua tumit kakinya, seolah kurang dalam lagi kulesakkan.

"Ampuuuun...... ahhhh... trus, Bang"

"Baaang... goyangnya cepatin lagi, ahhhh... dah mau keluar nih"

Rosa tidak hanya merintih tapi kini sudah menarik rambut dan meremas tubuhku.

"Oughhhhh... abang juga mau keluar, Zzhaa" kugoyang semangkin cepat, cepat dan sangat cepat hingga jeritku dan jerit Rosa membahana di ruang kamar.

Erangan panjang kami sudah mulai menampakan akhir pertandingan ini.

"Ouughhhhh.... ouhhhhhh"

"Enak, Baaaangg...."

"Iya sayang.... ehmmmmmm" kutumpahkan spermaku seluruhnya ke dalam vagina Rosa dan setelah itu ku sodorkan kontol ke mulutnya, kuminta ia agar membersihkannya.

"mmmmmmuaaachhhhh..." dikecupnya punyaku setelah dibersihkannya dan itu pertanda permainan ini berakhir, kamipun tertidur lemas.

Kesempatan demi kesempatan kami lakukan, baik dirumah, kamar mandi, di hotel bahkan ketika sambil menggendong anakku, ketika itu di ruang tamu. Dimanapu Rosa siap dan dimanapun aku siap.

Menikmati ML Dengan Pacar Adik


Cerita nyata ini terjadi udh lama banget sktr tahun 2005, berawal dari cekcok antara adik dan kakak. Waktu itu aku pacaran sama yessi (bukan nama sebenarnya). Cukup lama kami menjalin hubungan hampir sekitar 3 tahun. Hubungan kami sebetulnya bukan hubungan yang sehat dalam arti kata hubungan karena terpaksa. Sebetulnya waktu itu aku jatuh cinta sama gadis belia sebut aja lusi. Lama berteman dengan lusi akhirnya tumbuh benih-benih cinta di hatiku. 

Setiap ada kesempatan ngobrol berdua selalu saja kuutarakan niatku kalau aku cinta banget sama dia. Hampir putus asa aku ngejar-ngejar dia buat ngedapetin cintanya. Tapi dia selalu saja menolak dengan halus dengan alasan kakaknya yang masih ngejomblo sehingga dia belum berani pacaran dulu. Hingga akhirnya dia ngasih saran aku buat macarin kakaknya aja, dalam hatiku pasrah aja daripada ga dapat adiknya ya udah dapat kakaknya. Akhirnya di hadapan lusi aku nembak kakak dia meskipun hati ini tak rela.

Setelah sekian lama aku nyocok nyocokin hati sama kakaknya ternyata gelora cinta buat lusi semakin menjadi jadi, sering aku manas manasin lusi dengan cara bercumbu dengan kakaknya di teras rumah di hadapan lusi. Akhirnya hati lusi pun luluh dan sedikit terbuka. Berawal dari kejadian di rumah dia, ketika itu suasana rumah sepi dan lusi masih bekerja. Karena rumah sedang sepi aku pun beraniin diri buat bercumbu dengan pacarku yang tak lain adalah kakak lusi, lama kami saling berpagut, desahan..erangan.. dan senyuman mewarnai cumbuan kami. 

Satu persatu Tshirt kami pun jatuh di sofa depan TV, gairah kami meninggi, gak tau siapa yang mulai kamipun berdiri menuju kamar pribadi yessi. Sambil bibir masih perpagut tangan yessi di kalungin ke pundak. Pintu kamarpun terbuka, langsung aja ku gendong yessi ke atas tempat tidur. Kamipun bercumbu kembali, sementara tangan kami satu persatu saling meraba mencari sensasi. Bra warna pink itu pun perlahan lepas, CD kami udah terhempas tak tau kemana. Ku jilati miss V yessi yang semakin menggelinjang dan merintih keenakan sambil sesekali lidah kami berpagut dan hinggap di puting kemerahan yang berdiri nyempil menantang. 

Ketika gairah kami udah di ubun ubun dan inilah kejadian yang ngejutin kami, pintu kamar di buka sama lusi dan kami semua menjerit kaget. Lusi lari ke ke kamar kemudian kususul setelah aku pake CD kembali. Lusi mendekapku sambil menangis, kenapa mas lakuin ini? Singkat cerita.

Setelah kejadian itu mereka berantem. Jam 5 HP bunyi, ternyata lusi yang telpon. Dia bilang : mas tar keluar yuk. Aku jawab oke, ku jemput lusi depan tempat kerja dia dan kularikan kuda besiku menuju bogor. Kami berhenti di sebuah coltage. Motor parkir dan kami pesan kamar dan masuk. Langsug ku sergap lusi dari belakang, ku kecup tengkuknya. Perlahan lusi melenguh dan membalikan badannya. Bibir merahnya tersenyum merekah, tanpa jeda sedikitpun kusosor bibirnya yang masih ranum di poles lipsglos, kamipun bercumbu sambil berdiri. Kuremas pantatnya yang sekal dan kutarik tubuhnya sehingga menempel tubuh kami.

Semakin tinggi gairah kami sedangkan mata lusi menatap sayu seolah pasrah akan apa yang terjadi. Perlahan ku kecup kupingnya, lusi pun semakin bergelora.. masss.. ohh.. sementara celana jeansku semakin menyempit, karena ada yang mengganjal, di eluslah dari luar oleh lusi. Tanpa buang-buang kesempatan satu persatu kulepas kancing seragamnya, tinggal bra dan CD yang masih tersisa. Kuangkat tubuhnya kupereteli semuanya.

Perlahan ku rebahkan tubuhnya, kubelai rambut hitamnya. Kecupan-krcupan dahsyat mendarat bertubi tubi ke sekujur tubuh moleknya. Kami bergumul saling meluapkan birahi. Tali bra pun lepas dari gantunganya. Dua buah gunung kembar nan mengkal menyembul. Ku kecup penuh nafsu ssmbil sesekali kuhisap puting merah yang semakin mengenyal. Tanganku pun membelai bulu halus di atas bukit kenikmatan yang menambah dahsyat gelinjangan lusi yang sesekali melenguh. 

Puas bermain puting kualihkan sapuan lidahku ke gumpalan daging lembab yang mulai basah itu. Kukecup dan kuhisap, paha mulusnya sigap menjepit kepalaku. Namun perlahan ku buka kembali dengan elusan lembut di pangkal pahanya. Lusi mendesah panjang.. masss.. aku gak tahannn.. Sementara batang kemaluanku udah tegak berdiri, perlahan ku letakan kepala penisku di mulut kemaluanya. ku tekan. mentok disitu.. tapi baru ujung kepala penis yang masuk lusi merintih sambil menggigit bibirnya.. mass.. sakiitt.. kudekati wajahnya kemudian kubisikan di kupingnya.. tahan sebentar ya sayang, lusi mengangguk.. air mata lusipun menetes di pipi ranumnya. Kembali ku tekan penisku.. setengah masuk sudah, tapi lusi menghiba.. masss, tak tahan ngeliat tatapan mata lusi akhirnya ku lesakkan seluruh batang kemaluanku dengan sedikit hentakan, lusi menjerit dan melenguh panjang.. masss.. sakiiit.

Kembali kubisikan kata-kata sayang buat lusi.. setelah lusi sedikit tenang kembali kulanjutkan permainan syahwat yang tertunda.. Perlahan ku gerakkan batang penisku maju mundur meskipun masih sedikit susah karena paha susi menjepitnya. Akhirnya kesabaranku menghasilkan, lusi mengendurkan jepitannya dengan begitu pergerakan batang penisku sedikit leluasa. Gerakan dinamisku perlahan lahan menaikan gairah lusi. Liang kemaluannya perlahan menjepit dan melonggar. Sementara pantat sekalnya sambil kuremas remas yang menambah sensasi pergerakan lusi. 

Ada sedikit desakan di pangkal batangku, ku tahan tapi susi tak tinggal diam. Dia menemukan iramanya, sambil sedikit meringis dan mengerang kini dia lebih aktif, hingga ketika saatnya, dia goyangkan pantatnya dengan lebih cepat dan penuh gairah, cepat sekali gerakan itu. Aku hanya mengimbangi ritmenya hingga akhirnya liang dia menjepit dan di sertai erangan serta lenguhan panjang kluar cairan hangat menyiram batangku. mass.. akhhhh.. aku pun semakin cepat mengocok batangku, hingga akhirnyaaa.. lusiii.. aku keluaaarrr.. crottt.. crottt.. crottt.. ku semburin di dalam liang vagina lusi yang basah oleh lendir dan bercak darah.

Modal Ngisi Bensin Bonus SPG


Nama gue Kahim, ya nama samaran lah! masa iya ada orang namanya kahim? gue adalah seorang mahasiswa di kampus grogol. cerita ini berawal ketika suatu hari gue balik dari kampus. masi pada inget kan beberapa tahun yang lalu pertamina pernah bikin event "Pertamina On The Movie" (kalo ga salah)

Pas pertamina lagi promosi gitu, gue jadi sering ngisi bensin di kuningan, karena banyak SPG cewenya nah pas gue isi bensin, emang sengaja gue milih tempat bensin yang SPG nya bagus. akhirnya pilihan gue jatuh ke SPG yang agak gelap kulitnya, gak terlalu tinggi, dan rambutnya dikuncir buntut kuda gitu. Pas mobil gue lagi diisi, gue disapa sama dia.

"Permisi mas, boleh saya tanya-tanya sebentar?"

"Lama juga gak papa kak" jawab gue.

Waduh senyumnya manis banget. Sambil dia kanjutin pertanyaan "Mas namanya siapa?"

"Nama gue Kahim. Nama lo siapa?"

"Saya Elin. Boleh minta nomer telpon mas?" (karena emang diminta data-datanya).

"Boleh aja sih kak, tapi ntar harus ditelpon ya sama kakak?"

Dia cuma ngasi senyum lagi tapi ga ngomong apa-apa.

"Yauda ni saya kasih nomer saya deh, tapi ntar harus ditelpon yaa." kata gue sambil ngasi nomer hape gue.

"Yauda makasi ya mas" (gue lupa apa aja yang ditanya, seinget gue itu doang).

Sampelah gue dirumah, beres-beres nonton tipi di kamar. Seinget gue sih gue uda lupa sama kejadian di pom bensin. Yaelah secara itu cuma iseng-iseng berhadiah. Dapet sukur, ga dapet ya kasian juga adek gue, tiba-tiba ada telpon dari nomer ga dikenal. Begitu gue angkat, suara cewe yang ngomong. "Hallo.... ini Kahim bukan?"

"Iya ni siapa ya? sori nomernya ga gue save" kata gue.

"Ya iyalah lo ga tau nomer gue. Gue aja baru tau nomer lo tadi."

"Emang ini siapa?"

"Ini gue Elin"

"Elin? Elin siapa?" Sumpah gue uda lupa sama kejadian di pom bensin tadi.

"Ini gue Elin yang tadi nanya lo kuisioner di pom bensin" kata dia.

"Buset! kalo jodoh emang ga kemana." ini kata adek gue.

"Oooh Elin. Sorry-sorry, gue lupa. Gue baru nyampe rumah soalnya." kata gue.

"Haha iya gapapa him."

"Lo lagi dimana lin?"

"Ni gue lagi di kosan"

Dan kita ngobrol lama sampe gue tau kalo dia ngekos di tebet dan dia lagi kuliah di sahid. Akhirnya udahan telponnya dan kita janjian buat ketemu lagi.

Sore 2 hari kemudian, Elin nelpon gue pas gak lagi di kampus. 

"Lagi dimana him?"

"Ni gue lagi dikampus. Lo dmana lin?"

"Gue lagi siap-siap mau jaga shift di SPBU kemaren"

"Oh gitu? ampe jam brapa?"

"Sampe jam 9 doang kok"

"Yauda ntar jam 9 gue jemput ya? nanti jam 9 gue nyampe SPBU kuningan"

"Oke boleh. see you."

Wiiiii, lumayan ada temen "main" hari ini gue langsung ke mobil, ngambil stok ganja (andelan gue banget ni kalo lagi mau minta jatah ama selir), trus langsung sibuk ngelinting buat persiapan nanti.

Akhirnya jam 8 gue cabut dari kampus dan sampe SPBU jam 9. Si Elin uda siap gue angkut tuh, langsung aja dia masuk mobil gue. 

"Hei apa kabar?"

"Baik, ga nyangka ya lo beneran nelpon gue kemaren." kata gue.

"Abis lo lucu sih. Gue suka aja." kata dia. *haha adek gue langsung manggut-manggut kesenengan gitu.

"Yauda ni kita mau kemana ni?" tanya gue.

"Ke kosan gue aja him, gue uda cape banget."

"Yauda tunjukin jalan ya. nih biar ga cape" kata gue sambil ngasi baks ke dia.

"Wah bob marley. Gue doyan banget nih. Ada lagi ga?" tanya dia kesenengan.

"Ada banyak kok, tenang aja. Ntar bikin lagi di kosan ya"

Elin ga jawab, uda sibuk sendiri sama bob marley.

"Nih belok kanan him, nah itu kosan gue yang sebelah kanan pagernya warna ijo." kata dia waktu nunjukin jalan ke kosannya. Terus kita turun dan masuk ke kosannya. Ternyata kosannya campur gitu. Gue dibawa langsung masuk ke kamarnya. Kamarnya enak, kasurnya dibawah, AC-nya dingin jadi ntar kalo main ga keringetan nih kayaknya. haha..

Yauda kita ngobrol-ngobrol dikasur.

"Gue ngampus di sahid him" kata dia.

"Oh, masi kuliah?" tanya gue.

"Iya ni lagi ada kerjaan jadi SPG aja dari agency gue"

"Eh him, bikin lagi dong baksnya" kata Elin minta ganja.

"Yauda gue bikin dulu"

Lagi asik-asiknya ngelinting, dia berdiri, 

"Gue ganti baju dulu ya him" kata Elin.

Gue kira dia mau keluar ganti di WC, eh taunya dia langsung copot kaos didalem kamar. Emang si ngebelakangin gue, tapi kurang ajar juga, nantangin gitu. Haha, ga tahan gue ngeliat badan dia yang mengkel! langsung aja gue samperin, gue peluk pinggangnya dari belakang sambil gue cium belakang lehernya.

"Mmhhh.." desah Elin sambil merem nikmatin ciuman gue di lehernya.

"Bandel sih lo, ganti baju di depan gue" kata gue sambil terus nyiumin lehernya dan tangan gue yang udah naik ke dadanya yang tinggal make BH, karena kaosnya uda dilepas sama dia.

"Kan biar lo tergoda" kata dia sambil masang muka bitchy. Waduh, liat mukanya yang nakal langsung naik drastis titit gue. titit gue jadi naik kena ke pantatnya.

"Hahaha kok uda kenceng banget?" kata Elin sambil muter badannya dan meluk gue dari depan.

"Berarti uda kepengen sayang.." sumpah uda konak banget gue waktu itu. Tapi Elin cuma nyium bibir gue dan bilang "baks dulu yuk, uda lama gue ga ngebaks". Dan ****** gue sih uda manggut-manggut aja.

Kita ke kasur dan ngobrol lagi sambil ngebaks. Enak banget coy, ngebaks tapi di depannya ada cewe yang tinggal make BH doang. Baru aja gue mikir gitu, dia iseng lagi langsung buka bhnya, dan topless. Wah nice banget toketnya, ga terlalu kenceng dan ga terlalu turun. cocok lah sama selera gue.

"Ngeliatin apa lo him?" tanya dia.

"Nggak, gue lagi ngerencanain gerakan-gerakan pas nanti gue ngisep toket lo"

"Hahaha begoo" kata Elin.

"Buka celananya dong, ga afdol kalo atasnya doang" kata gue sambil nyengir.

Elin langsung berdiri dan ngebelakangin gue. Ngelepas celana jeansnya dengan sensual sangat! pelan-pelan sich buka jeansnya, sambil mukanya ngliat gue dengan muka menggoda. beuh! mana pake g-string lagi..!!

Baru kali itu gue ngebaks sambil di kasi private striptease!! sadis!! Setelah jeansnya lepas, Elin duduk dan ngangkang. Sekarang dia ngelepas g-stringnya di depan mata gue dan di depan adek gue. Wow, bags deh memeknya, ga ada bulu sama sekali, udah gitu memeknya tembem menantang gitu.

Elin yang uda telanjang merangkak mendekati gue dan bisik "gue pengen dikontolin please...dingin.."

Aw shit! titit gue langsung berdiri tegak menantang, gue lepas kaos gue sambil celana gue dipelorotin sama dia (untung gue cuma pake celana pendek).

"Aku mau isep ****** kamu yaaaa..." kata dia.

****** gue pun langsung disepong dengan cara yang sensual. Dijilat dari pangkal batang sampe ujung kepala titit. 

"Mmhh enak lin, diemut sayang..."

****** gue langsung ditelen abis sama mulutnya, dan lanjut dikocokin sama mulutnya sambil tangannya mijet2 biji gue.

"Aaaah teruss.." gue pun cuma telentang sambl menikmati keberuntungan gue. Nyepongnya enak deh, lidahnya ngejilatin semua batang titit gue dan diakhiri dengan jilatan di ujung kepala. Bosen juga gue disepongin, gue angkat badannya dan dia langsung ngambil posisi duduk diatas paha gue. (lagi-lagi gue cuma pasrah dan biarin dia yang kerja).

Dipegang ****** gue, dan digesek-gesekin ke memeknya yang uda becek banget. Lagi enak-enaknya dia nikmatin gesekan ****** gue, gue naikin pantat gue tiba-tiba sampe ****** gue masuk semua ke memeknya. 

"Aaaaaaaaaaarrrggghhhhh... pelan-pelan hiiiimmm" kata dia dengan mata yang berkaca-kaca nahan sakit.

Emang sih memeknya masih sempit, ****** gue langsung serasa dipijet-pijet sama memeknya.

Ga lama ****** gue di dalem memeknya, dia mulai terbiasa dan mulai goyangin badannya naik turun. 

"Aachh... enak ****** kamuuu...."

Belom tau aja si Elin kalo gue punya jurus lidah, sambil Elin masih goyang naik turun, gue jilatin pentil kanan sambil gue mainin yang kiri, gue pelintir dan gue isep pentilnya sampe dia teriak "Geli hiiimm..!!!" "Aaccchhhhhhh elin nyampeeee...!!!!"

Setelah dia ngomong gitu, ****** gue serasa dipencet sama memeknya dan kepala ****** gue serasa dicipratin air. Enak banget ****** gue dipress sama memeknya. Badan Elin pun roboh ke badan gue, gue kasi elin napas bentar.

Begitu gue rasa napasnya uda teratur, gue posisiin dia ke doggy style. Muka Elin ngeliat ke belakang sambil tangannya yang ngelebarin memeknya mempersilakan adek gue masuk langsung gue masukin ****** gue sampe mentok, untung aja memeknya masi becek dan pantatnya Elin yang ga terlalu besar. Jadi ****** gue bisa masuk sampe dalem banget.

Waktu ****** gue menotk, mulut Elin kebuka lebar nikmatin ****** gue. Mukanya meringis sakit + enak. "Ouugghh... panjang banget yang ****** kamuu.. Entot aku lagi yang....."

Dikasi komando, langsung gue tancap aja dengan RPM tinggi. Gue goyang sambil gue pegangin pantatnya yang kecil tapi padet. Elin ga kalah seksinya pasang gaya, sambil nungging, dia mainin klitnya. "Uugggghhhh enak him..teruss..aachhhh.."

Waaah desahnya oke banget, makin napsu gue make dia, ga tahan desahannya napsuin banget. Gue genjot terus memeknya sambil gue cium leher belakangnya dan tangan gue yang ngeremes toketnya. Elin cuma bisa geleng-geleng keenakan "Aacchhh enak bangeeett.. kocok terus memekku hiim...mmhhh aku suka banget......"

Karena gue rasa gue uda mau keluar, gue buru-buru ganti gaya ke gaya MOT. Gue lepas ****** gue dan gue balik badannya dia. Mungkin si Elin lagi tinggi banget ya, dia langsung ngangkang dan narik ****** gue buat langsung masuk memeknya "Cepet entot lagi sayang.. aku suka banget sama ****** kamuu"

Gue goyang lagi ****** gue maju mundur sambil kita ciuman dengan liar. Ga lama gue ngrasa kalo gue uda mau keluar dan uda susah ditahan. Begitu gue mau narik ****** gue, Elin ngelingkerin kakinya di pantat gue buat nahan ****** gue tetep di memeknya. "Keluarin di dalem aja yang, biar kamunya enak"

Wow! okelah kalo begitu.

Gue goyang lagi ****** gue asal-asalan biar cepet keluar, dan gak lama, peju gue pun keluar nyembur ke dalam memeknya Elin. Crot! "Mmmmhhh aku keluar liin...aaahhh"

"Keluarin di dalem sayangg..." teriak Elin.

Wow nice! lemes banget gue abis ngecrot.

Gue lepas ****** gue dan gue tiduran di sampingnya. Sumpah capek banget. Gara-gara mainnya sambil giting kali ya? jadi berasa double capeknya. Kita berdua pun tanpa banyak omong langsung ketiduran sambil pelukan bugil.

Gue kebangun sekitar jam 2 malem. Ngeliat sebelah gue ada korban baru gue yang tidur tanpa baju karena gue harus balik, gue beres deh mau pulang. Gue selimutin badan Elin, dan gue bangunin.

"Lin, sori gue cabut ya.. gue ga bisa nginep" bisik gue

"Yauda ati-ati, besok kabarin lagi ya?"

"Oke sayang"

Abis nyium bibir dia, langsung deh gue cabut ke rumah.